-->

Subuh Kelabu

Keluarga mbah Kusairi malam itu terpaksa mendatangi kantor polsek yang berada di sebelah utara kantor kecamatan. Mereka mendapat kabar kalau Kusnan habis ditangkap oleh bapak-bapak yang berseragam cokelat tersebut. Menurut kabar yang masih simpang siur, Kusnan habis menghajar 3 orang pemuda yang sedang belanja di supermarket. Dengan mengendarai 2 motor, tiga orang dari keluarga mbah Kusairi tampak tergesa-gesa menuju kapolsek untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Di kantor kepolisian, wajah Kusnan terlihat lebam di sekitar pelipisnya. Rambutnya juga sangat acak-acakan. Ada darah yang sudah mengering di sekitar sikutnya. Kaos yang dia pakai juga sedikit sobek di bagian leher.

" Pak polisi, bolehkah kami membawa pulang adik saya?" tanya Rokhimin sambil sesekali mengamati sikap Kusnan yang sedari awal hanya menunduk saja. Mungkin dia merasakan nyerinya luka yang dia dapatkan, batin Rokhimin. " Boleh, tapi masalah ini harus tetap diselesaikan. Kalau tidak diselesaikan secara kekeluargaan, ya secara hukum." jawab polisi yang di dadanya tertulis nama AKP Agung Nugroho.

" Besok kamis pukul 10 datanglah ke sini, Pihak kepolisian juga akan memanggil perwakilan dari pihak keluarga korban. Nanti perundingan akan di lakukan di kantor ini. Polisi yang akan memediasi." lanjut pak polisi. Mbah Kusairi ekspresinya sangat datar. Mungkin usianya yang sudah tua sehingga ia memasrahkan semuanya kepada Rokhimin, anak tertuanya. Sesekali ia menghisap rokok keretek yang ia pelintir sendiri.

" Biar aku bunuh semua orang-orang itu, mereka memang bangsat, mereka semua pembunuh!" tiba-tiba kusnan bangkit. Tangannya menuding-nuding polisi. Petugas-petugas yang lain berdatangan, ingin mengetahui apa yang sedang terjadi. Rokhimin segera bangkit dikuti Nur Cahyo, mereka memaksa Kusnan untuk duduk dengan tenang lagi. Mbah Kusairi sedikit tersentak, tapi akhirnya tetap melanjutkan rokoknya kembali.

" Aku gak peduli, mau dipenjara atau dibunuh sekalipun, aku gak apa-apa, asalkan mereka semua juga mati!" teriak Kusnan sambil berusaha berdiri tapi langsung diringkus Rokhimin dan Nur Cahyo. Rokhiminpun spontan bereaksi dengan menempeleng Kusnan dan membentaknya supaya tenang. Entah kenapa Kusnan langsung diam, dari dulu ia memang selalu menghormati kakaknya itu.

Ruanganpun sekejap berubah menjadi senyap. Samar-samar dari ruangan lain di dalam kantor itu terdengar suara orang-orang sedang tertawa. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 9 malam. Pihak kepolisian membolehkan Kusnan dibawa pulang dengan syarat keluarga memberi jaminan bahwa Kusnan tidak akan berbuat nekat dan macam-macam.

***

Kusnan, seorang pria duda yang harus menerima kenyataan pahit ditinggal sang istri menikah dengan laki-laki lain. Istrinya mengaku sudah tidak mampu lagi mempertahankan biduk rumahtangganya karena Kusnan mengidap stres yang sewaktu-waktu bisa kumat. Ditambah lagi Kusnan adalah seorang pengangguran yang tidak punya pekerjaan tetap.

Stres yang dialami kusnan ini adalah akibat dari depresi berat setelah ia ditinggal mati oleh anak perempuannya. Anaknya mati karena keracunan susu kadaluarsa yang ia beli di supermarket. Di hari itu, tangisan pecah dari mulut kusnan sambil tangannya mengguncang-guncang tubuh anak semata wayangnya yang sudah tak bernyawa lagi. Tubuh Kusnan lemas terkulai di tanah. Hampir-hampir dia menjadi gila. Didekapnya tubuh dingin yang tak bernyawa itu " Aku akan memelukmu selamanya nak, kamu tidak akan dikubur, tidak akan ada seorangpun yang bisa memisahkanmu dari pelukanku. Tidak akan kubiarkan kau sendirian ditimbun di dalam tanah nak."

" nak, kenapa engkau pergi sebelum ayah sempat memenuhi keinginanmu? Kemarin kau merengek minta dibelikan boneka Masha tapi ayah selalu hanya menjanjikan saja, karena uangnya memang belum ada. Nak, bangunlah! Buka matamu! Ayo kita pergi ke toko boneka. Pilihlah boneka Masha mana yang kamu suka nak. Bangunlah!!!" tangisan Kusnan waktu itu membuat hati tetangganya yang datang menjadi ngilu.

Hari-hari setelah kematian anaknya, Kusnan selalu murung. Ia seakan puasa bicara kepada semua orang, termasuk istrinya. Terkadang ia habiskan waktunya berjam-jam berada di atas kuburan, membersihkan rumput, berbicara di sana, bercerita ngalor-ngidul, kadang juga bernyanyi. Ia tak ingin anaknya sendirian diselimuti rasa takut di dalam tanah. Hanya Rokhimin yang selalu berhasil mengajaknya pulang ketika waktu sudah maghrib.

***

Adzan subuh baru berkumandang, ketika mbah Kusairi teriak-teriak memanggil nama Rokhimin.

" Rokhimin, Rokimin... Gage mreneo iki adikmu kenek opo?" Rokhimin yang rumahnya bersebelahan dengan mbah Kusairi tergesa-gesa membuka pintu belakang rumah. Mereka mendapati Kusnan tergeletak sudah tak bernyawa lagi dengan mulut penuh busa. Di sampingnya terdapat bungkus racun tikus, gelas, sebotol air mineral yang tersisa sedikit serta sebuah tas kresek berisi beberapa pakaian anaknya dan sekotak susu formula.

Dua orang polisi tampak di antara kerumunan orang yang menyesaki rumah mbah Kusairi. Seseorang darinya mendekati Rokhimin yang sedang menyiapkan tempat untuk memandikan jasad Kusnan.

" Kami turut berbelasungkawa pak."

" Iya pak polisi" jawab Rokhimin.

" Di sini kami juga ingin menyampaikan kabar terbaru terkait kasus pak Kusnan kemarin, bahwa dari keterangan beberapa saksi yang melihat kejadian kemarin sore, sebenarnya Kusnan adalah korban pengeroyokan. Ia dikeroyok beberapa orang di luar supermarket karena sehabis mengambil barang di dalam ia tak membayar ke kasir, malah langsung keluar. Akhirnya petugas supermarket teriak ada maling." "Betul pak, memang nasibnya Kusnan sudah ditakdirkan Gusti Allah seperti ini" dalam batin Rokhimin menangkap isyarat bahwa adiknya itu masih terpukul atas kematian anaknya, ia mengahiri hidupnya dengan cara yang hampir menyerupai anaknya. Baju dalam kantong kresek dan sekotak susu yang ia curi, cukup menjadi surat perpisahan bagi Rokhimin. Tak terasa airmata Rokhimin menetes.

0 Response to "Subuh Kelabu"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel