
Bagi saya Abah adalah sosok yang menakutkan. Baik ketika saya masih bersekolah dulu maupun saat sudah menjadi guru pengabdian. Jangankan bertemu langsung dengan beliau, lewat sms saja wibawanya sudah sangat terasa apalagi telepon. Perasaan takut yang timbul itu mungkin adalah efek dari seringnya mendengar gemprongan-gemprongan abah dulu saat mengajar maupun di saat-saat yang lainnya. Padahal gemprongan Abah itu dimaksudkan supaya setan-setan yang menghinggapi fikiran santri (yang sedang diajar sehingga tidak fokus pada pelajaran itu) lari terbirit-birit. Dan hasilnya, Abah menjadi sosok yang disegani tapi juga tetap dicintai, beda dengan kebanyakan guru yang lain, semakin guru itu ditakuti maka ia semakin dibenci.
Tahun 2003 adalah tahun berkembangnya ASSALAM, dimana santrinya sudah mulai berdatangan dari berbagai penjuru nusantara. Saya yang berada di sana waktu itupun merasakan atmosfer akan kebesaran ASSALAM. Sehingga dengan kepercayaan diri yang besar, maka di tahun itulah ABAH mulai mendawuhkan agar santri yang akan belajar di ASSALAM dan masuk di jenjang Aliyah harus mengikuti program kelas intensif yang lamanya pendidikan mereka harus ditempuh selama empat tahun. Tak sedikit teman sekelas yang waktu itu akhirnya keluar dari ASSALAM karena tidak mau melanjutkan sekolahnya, setelah tahu bahwa sekolah mereka lamanya empat tahun. Akan tetapi, Alhamdulillah tidak semua teman saya waktu itu berfikiran demikian, nyatanya toh masih banyak juga yang tetap bertahan. Saya menganggap mereka itulah perintis kelas Intensif yang ikhlas, meskipun dalam hati masih ada fikiran yang mengganjal. Seorang teman yang bernama Kholifah dari Tambakboyo bahkan sempat merengek-rengek ke Abah meminta agar bisa ikut UN setelah waktu tiga tahun, walaupun setahun sesudahnya tidak boleh boyongan dari pondok demi menyelesaikan masa sisa empat tahun tersebut. Tapi, Abah adalah orang yang memiliki pendirian kuat. Sekali iya tetap iya dan sekali tidak tetap tidak. Prinsip Abah adalah jika ada santri hilang satu maka akan datang seribu santri yang lainnya. Silahkan angkat koper dari ASSALAM jika tidak bisa mengikuti programnya.
Ada banyak hal yang bisa diceritakan tentang Abah. Diantaranya adalah pernah suatu pagi saat mengantri ambil sarapan, tiba-tiba para santri baik putra maupun putri sama berbaris dengan kepala menunduk. Saya yang masih murid baru di ASSALAM waktu itupun mengikuti apa yang dilakukan oleh santri-santri lain. Rupanya Abah sedang keluar dari Ndalem dan hendak menuju ke kantor dengan melewati kerumunan santri yang sedang mengantri ambil sarapan. Dengan bersandar pada dinding, saya menundukkan kepala dan memegang piring yang sudah diisi nasi oleh petugas yang piket sambil menanti abah selesai lewat. Tiba-tiba Abah berhenti tepat di depanku. Bau harum khas abahpun segera tercium di hidung. Sontak seluruh mata para santri yang ada di situ tertuju padaku. Beliau mengambil kerupuk yang ada di piring saya kemudian menggigitnya sedikit sambil berkata " Luqman, walaupun di pondok sarapannya hanya dengan kerupuk tapi sudah nikmat. " saya hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Walaupun ini hanya kisah kecil dan sepele namun saya selalu mengenangnya.
Pernah juga pada waktu kalenderan saya mendapat sindiran dari Abah karena sempat membuat beliau muter-muter kebingungan mencari saya di tempat penjemputan. Hal itu dikarenakan karena saya tidak fokus saat diturunkan dari mobil dan waktu diberi instruksi supaya nanti malam menunggu jemputan di masjid Sale bersama Hery Mahfudzi, seorang teman dari Ngawi. Namanya juga lagi apes, entah kenapa saya semalaman mencari masjid Sale itu gak menemukan, bahkan seorang warga yang melihat saya mondar-mandir memboncengkan saya dengan motornya untuk mencari masjid yang saya maksud, akhirnya setelah cukup lama sayapun menunggu jemputan di masjid Kebonharjo. Itulah yang membuat Abah duko kepada saya " hari ini kalenderan baru sampai Sale saja kamu sudah bingung, bagaimana nanti kalau kalenderannya sudah sampai Gresik atau Pati?" Saya hanya diam saja, alhamdulillah setelah itu saat kalenderan saya gak pernah kesasar lagi meski kalenderan sudah sampai Gresik dan Pati.
Saya juga pernah mendapatkan gemprongan dari Abah secara tidak langsung. Ceritanya begini, ketika itu siang hari di bulan Ramadhan sebagai mana pada tahun-tahun sebelumnya, selalu ada pelajaran tambahan pada pagi hari, siang dan juga malam. Nah siang itu selepas shalat jumat, Abah rupanya berkeliling untuk mengecek kondisi kelas-kelas. Kebetulan saya pada bulan puasa itu diberi amanah oleh para asatidz untuk menjadi pengurus jadwal pengajaran Ramadhan. Ternyata kelas empat yang terletak di utara lapangan waktu itu gurunya kosong. Banyak santri-santri perempuan yang tidak berada di dalam kelas, akan tetapi mereka sama berhamburan keluar. Ada yang duduk-duduk di depan kamar, ada yang bergurau di sekitar koperasi dan kamar mandi. Sedangkan, santri laki-laki banyak yang kembali ke kamar dan sebagian bergurau atau tidur-tiduran di kelas (karena kelasnya lesehan). Abah yang sedang berkeliling akhirnya mengetahui kalau ada kelas yang kosong segera bertanya ke anak-anak siapa gurunya. Maka merekapun menjawab, " pelajarannya ustadz ....., Abah. "
Seketika itu Abah langsung nggemprong-nggemprong, " Luqman goblok...... ada kelas yang kosong dibiarkan, ojo turu wae........" suara keras itupun mampu membuat suasana kelas-kelas lainnya menjadi hening. Semuanya berusaha mendengarkan siapa yang menjadi objek gemprongan Abah. Saya yang pada siang itu tidak memiliki jam pelajaran tidak mengetahui kalau sedang digemprong Abah karena sudah berada di alam mimpi. Karena panasnya udara pada siang itu, sehabis sholat jumat saya langsung tidur. Jadi, apa yang digemprongkan Abah, saya sendiri tidak tahu dan tidak mendengar. Saya baru tahu kalau habis digemprong setelah diberi cerita oleh beberapa ustadz.
Di saat yang lain saya juga pernah mendapat gemprongan Abah waktu saya hendak sowan ke beliau. Kejadiannya sekitar pukul lima sore, sehabis Abah mengajar english lesson di musholla langsung menuju ke kantor. Saya yang waktu itu menjadi panitia Haflah Akhirussanah bermaksud melaporkan format tulisan spanduk untuk ucapan selamat datang. Sebelum saya sowan ke Abah rupanya beberapa waktu sebelumnya ada beberapa anak putri kelas tiga yang mendahului sowan mau minta ijin pulang. Rupanya mereka tidak diterima oleh Abah karena Abah sedang capek habis mengajar. Saya yang beberapa menit kemudian dengan persiapan matang ingin sowan beliau akhirnya berdiri tepat di depan pintu dengan suara lirih mengucapkan salam,
"Assalamualaikum."
Tak ada jawaban dari Abah sayapun mengulangi dengan mengucap salam lagi. Seketika itu Abah langsung duko dengan suara yang keras " Abah lagi capek, pergi. Pergi. " saya kemudian kebingungan dan tetap berdiri cukup lama, akhirnya ketika akan kembali Abah keluar,
" itu siapa? " saya pun menjawab,
" Luqman mbah."
" Mau apa?"
Saya menjelaskan bahwa saya ingin melaporkan format tulisan di spanduk. Akhirnya beliaupun mempersilakan masuk, dan menceritakan bahwa kalau habis mengajar itu Abah cuapek dan belum sampai masuk kantor Abah sudah dicegat sama anak-anak yang mau izin pulang.
Disamping sikap Abah yang tegas, terkadang beliau juga melontarkan guyonan saat mengajar. Dulu kalau bulan puasa seminggu sebelum liburan, anak-anak Aliyah yang putra mendapatkan tugas mengelabur dinding sekolah dengan batu gamping. Semua tembok luar sekolah dicat. Termasuk tembok kamar-kamar dan pagar gapura. Walaupun perut keroncongan karena puasa, anak-anak yang mendapat giliran mengecat mengerjakannya dengan senang hati. Bisa jadi kesenangan mereka itu karena mendapat dispensasi boleh tidak mengikuti pelajaran sekolah.
Saya yang juga mendapatkan tugas mengecat kelas itupun mengerjakannya dengan senang hati dan berusaha mengecat dengan sebaik-baiknya. Hingga tanpa saya sadari ternyata Abah mengamati saya dari belakang, kemudian beliau mendekat dan memberi instruksi cara mengecat yang benar. Sayapun melaksanakan dawuhnya Abah dengan sebaik-baiknya. Beberapa saat kemudian setelah Abah berada di kantor, beliau menyuruh mbak Istianah untuk memberi saya cat tembok agar saya mengecat tiang masjid. Tiang masjid yang berjumlah empat dan cukup besar itu cukup legendaris bagi anak-anak untuk bersembunyi saat pelajaran Abah, terutama anak-anak yang belum siap pelajaran. Saya kira saya akan mengecat di masjid itu dalam keadaan steril. Ternyata Abah tetap mengajar. Sehingga saya mengecat di tengah-tengah para siswa yang diajar. Tak peduli kadang saya mengecat pada kerumunan santri putra kadang juga santri putri. Di tengah-tengah mengajar Abah mengatakan,
" hayo... anak-anak perempuan jangan melihat ke Luqman! Yang ngecat biarkan ngecat. Kalian harus fokus ke Abah yang ada di depan. Abah walaupun sudah tua, daya pikatnya gak kalah sama Luqman yang jauh lebih muda." Semua yang ada di situ tertawa. Saya hanya tersenyum malu.
Jika boleh dikatakan, abah adalah perwujudan dari seorang guru yang sempurna. Setiap beliau mengajar tak akan ada seorang santripun yang berani berleha-leha tanpa menggunakan otaknya. Saat memberikan gemblengan, ucapan-ucapan yang beliau keluarkan serasa hipnotis yang mampu mengusir rasa malas serta mampu membangkitkan semangat. Gemprongannya yang memenuhi seluruh ruang suara bisa mengusir setan-setan yang menawarkan kegelapan dalam pikiran.
Terakhir kali mengobrol dengan abah seingat saya adalah ketika saya dipanggil di kantornya beberapa waktu lalu bersama beberapa ustadz seperti Ustadz Mulyadi, Ustadz Marzuqi dan ustadz-ustadz lain yang mengajar pelajaran Durusul Lughoh, Abah memberikan nasihat yang dikemas dalam suasana santai tapi berisi serius. Dawuh Abah waktu itu adalah guru yang mengajar Durusul Lughoh haruslah bisa meniru Abah, mengajar dengan sistem yang tarbawi karena ASSALAM sudah besar dan siap menjual kualitas pendidikannya dengan harga mahal. Mudah-mudahan pesan Abah ini bisa dilaksanakan oleh para hawari ASSALAM. Amiiiin.
Banyak nasihat Abah yang telah disampaikan kepada santri-santrinya termasuk saya. Semuanya berisi, semuanya sesuai dengan keadaan para santri. Yang paling mengena dan fenomenal bagi saya adalah dawuh beliau di sela-sela gemblengannya yang berbunyi: naaaaakkk...... dadio wong sing kuat nyonggo rohmate gusti Allah..... Terlebih jika nasihat itu dibumbui dengan kisah keprihatinan beliau di awal-awal mendirikan pondok. Sangat makjleb sekali.
Kini Abah telah mendahului kita menghadap ke hadirat ilahi. Kitapun telah kehilangan sosok kiyahi panutan yang memiliki ideologi yang kuat. Perjalanan hidup beliau sangat pantas untuk diabadikan dalam sejarah yang ditulis dengan tinta emas. Entah butuh berapa ribu tahun lagi dunia ini bisa melahirkan sosok seperti beliau lagi. Mudah-mudahan hawari-hawari ASSALAM terutama dari keluarga beliau akan mampu melanjutkan cita-cita beliau yang ingin menjadikan Bangilan sebagai kota ilmu.
0 Response to "Ingatanku Tentang Abah"
Post a Comment