-->

Sial Gak Sial


    Kami tak mendapatkan firasat apa-apa sebelum kejadian itu. Waktu berjalan sebagaimana biasanya. Pagi kami mulai dengan sarapan dan ngopi di warung pinggir jalan raya. Menghabiskan waktu dengan mengobrol kesana-kemari ditemani sebungkus rokok Suk*n putih. Batang per batang rokok pun telah terbakar menghasilkan asap yang nikmat keluar masuk mulut kami.

" pulang Jam berapa Ris?" Tanyaku.
" enaknya kapan?" Dia malah balik tanya.
" Jam delapan ya. Saya ada urusan yang mesti diselesaikan di pondok." Kujawab sambil melihat jam pada handphone.
" ya sudah. Tapi sebelumnya saya mau ketemu sama seseorang dulu" jawabnya sambil menyulut sebatang rokok lagi.
" ok" perkiraanku dia akan menemui si "anu"

 akhunal karim abdul haris

    Hari itu adalah hari kedua pelaksanaan kemah di desa Suwalan kecamatan Jenu kabupaten Tuban. Kami bukanlah peserta kemah, tapi kami sengaja datang untuk menjenguk dan melihat situasi di perkemahan. Menjadi ustadz pengabdian awal, kami sedikit banyak merasa punya kewajiban moral untuk mengetahui kondisi anak-anak yang sedang mengikuti perkemahan.

    Perkemahan yang dilaksanakan itu disebut PERJUSAMI karena dilaksanakan selama hari jum'at, sabtu, dan minggu. Di malam pertama pelaksanaan kemah, hujan turun dengan sangat lebat. Lokasi yang dijadikan bumi perkemahan pun kebanjiran. Hampir semua tanah menjadi becek bak lumpur karena perkemahan itu dilaksanakan di persawahan. Meskipun sudah lama sawah itu tidak dipakai untuk bercocok tanam, sehingga warga sekitar menjadikannya sebagai lapangan sepak bola.

    Pukul delapan lebih kami pulang meninggalkan lokasi perkemahan menuju Bangilan. Dengan menaiki sepeda motor GL Max berboncengan dengan Haris, kami pacu motor dengan kecepatan rata-rata 60km/Jam. Melintasi daerah Merakurak, Montong dan Singgahan, banyak pemandangan asri nan hijau sepanjang perjalanan yang bisa dinikmati. Udara sangat sejuk tanpa banyak polusi karena jalan tersebut Memang terbilang sepi kendaraan.

    Sepeda motor GL Max yang kami bawa ini bukanlah milik pribadi, melainkan hasil meminjam dari ustadz Mulyadi dan ustadz Juwoto. Memang benda ini status kepemilikannya adalah milik dua orang. Dengan berpatungan, terbelilah sepeda motor yang cukup legendaris di era 2004 sampai 2008 ini. Motor second tentunya.

sepeda motor mantap

    Setelah hampir satu jam perjalanan, kami pun sampai di Singgahan. Motor yang kami tumpangi mulai terasa tersendat-sendat sepertinya kehabisan bensin. Kamipun berinisiatif mencari penjual bensin eceran di sepanjang perjalanan. Setelah melewati kuburan Bakalan, kami turun karena di sana ada penjual bensin. Alamak! Rupanya kontak motor terjatuh di jalan dan kami kebingungan tak bisa membuka tangki motor.

" gimana mas, jadi ngisi bensin gak? " tanya penjual bensin.
" iya pak. Tapi kami gak bisa buka tangki sepeda motor karena kontaknya terjatuh"

Hening...

" pak, anda punya kontak sepeda motor? Kami pinjam. Siapa tahu bisa dipakai untuk membuka tangki sepeda motor. "
" gak ada mas" penjual masih tetap menunggu kepastian jadi beli atau tidak.

" mas... mas... berhenti sebentar!" Ucap penjual bensin kepada seorang kenalannya yang kebetulan melintas menunggangi sepeda motor Gl Max. Rupanya dia mencoba menolong meminjamkan kontak motor untuk digunakan mencoba membuka tangki.

    Ah, untung tak dapat diraih. Tangki tetap tak bisa dibuka. Kami terpaksa berpamitan dengan penjual bensin sambil menuntun sepeda motor. Jarak yang masih harus kami tempuh dengan jalan kaki kurang lebih sepanjang 7km.

" Ris, coba sms pak Juwoto. Beritahu kalau kontak sepeda motornya jatuh di jalan. Kita butuh kontak cadangan untuk membuka tangki. Siapa tahu punya cadangan. " ucapku sambil menuntun motor.
"Ok"
" cepetan! Kalau sudah, gantian kamu yang menuntun sepeda motornya."

" jiangk**k, motor sial. Tadi jatuhnya kontak di mana to Luq?" Tanyanya menggerutu sambil menuntun motor menyusuri jalan.
"Entahlah, di Kerawak mungkin...."
" stop....stop....! Kita istirahat dulu. Kakiku capek." Kata Haris.

Kriiiiiing....Kriiiiiing.....
Handphonenya Haris berdering ada panggilan masuk. Di layar terpampang nama pemanggil ' mbah wot'.

" halo"
" halo, kenek opo Ris?"
" kentekan bensin mbah. Kontake ilang ceblok mboh ning endi. Aku gak iso mbuka tangki motor. Iki wis nuntun patang kilo ijek telung kilo. Mbah, kirimi kontak motor cadangan! "
" siyukuuuur, kapokmu kapan. wkwkwk. Ora ono kontak cadangane. Tuntun tuk nggon pokoke. Nek perlu gotong wong loro karo Luqman "
'Klik' panggilan terputus.

 mbah wot

    Kami lemas. Sambil mengencangkan lutut di peristirahatan, berusaha mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan. Tiba-tiba mata kami tertuju pada sebuah benda yang tersangkut di selebor roda bagian depan. KONTAK!!!

" Ris kontak Ris "
" heem, woi anjr*t tenan kuwe, kok nggak dari tadi menampakkan diri kalau kamu nyangkut di selebor... "

Kami segera nggeloyor cari penjual bensin lagi dengan semangat. TAMAT

2 Responses to "Sial Gak Sial"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel