Ketiduran
Momen hari raya idul adha seperti ini selalu mengingatkan pada peristiwa sekitar dua belas tahun silam. Bukan sebuah kenangan yang istimewa sebenarnya, namun cukup mendapatkan tempat di hati untuk selalu diingat.
Waktu itu adalah saat-saat di mana kita seperti menjadi pemilik pondok ASSALAM. Bagaimana tidak? Lha wong mulai pagi buta sampai tengah malam, anak yang mendapatkan mandat menjadi pengurus OSPA, turut berfikir 24 jam demi kemajuan OSPA 🙀. Karena beranggapan bahwa OSPA periode saat itu harus lebih baik dari pada OSPA sebelumnya.
Duduk di kelas 5 atau kelas 6 saat mondok adalah masa-masa terindah karena menjadi santri senior. Namanya senior, apapun yang dilakukan seolah-olah menjadi penguasa di dalam pondok. Lihat! Betapa bangganya ketika adik-adik kelas memanggil namanya dengan panggilan "kak sofi, kak suhud, kak ghofar, kak mukti dll." Pasti setelah dipanggil seperti itu mereka akan mendadak menjadi bijaksana. Saya yang melihat peristiwa itu selalu menahan nafas dan tawa.
Kenakalan santri senior akan terampuni kalau dia mampu punya alasan mengerjakan tugas pondok. Mbak-mbak santri yang piket belanja di pasar untuk keperluan dapur, mendapatkan kompensasi telat masuk sekolah jam pertama. Kebahagiaan mereka belanja sayur di pasar waktu itu mengalahkan nikmatnya shopping di mal. Terlebih jika dapat titipan belanja dari bu nyai, pasti dapat fee.
Santri seperti andim, ghofar dll akan dengan tegas mengatakan bahwa mereka lebih suka mendapatkan tugas pondok daripada menghabiskan waktunya di bangku sekolah berjam-jam. Tanpa dibayar sepeserpun, mereka akan bersemangat untuk itu. Ingat, betapa mogolnya Suhud saat ia membayar teman sekamarnya (adik kelas ) untuk mencucikan bajunya. Itu dilakukan saat ia menjadi santri senior dan menjadi hartawan karena rajin kalenderan.
Di malam hari raya idul adha tahun 2005 itu, santri senior ini mendapatkan tugas menjaga kambing-kambing untuk kurban. Sambil menyalakan api untuk bediang, sedikit jajanan menemani berpuluh santri saat begadang dengan alunan radio kemresek yang memutar lagu hits saat itu, semacam lagu Sunny-nya BCL, Angin-nya Radja dan lagu-lagu religinya Ungu lainnya. Suasana-suasana seperti itu yang kadang banyak dirindukan di masa-masa kini.
Pagi harinya, saya ngedumel dan menggerutu ketika bangun dari tidur rupanya cahaya matahari sudah menerobos masuk kamar. Teman-teman masih pada molor tertidur pulas di lantai tak beraturan. Saya pun bergegas bangun dan ingin ke kamar mandi, wudhu untuk persiapan ikut sholat ied.
Ya ampun, sampai di depan kamar saya terperanjat, santri-santri sudah ruame di lapangan pondok. Proses penyembelihan kewan kurban sudah selesai. Akhirnya saya masuk lagi dan mengintip jam di kamar. Astagfirullah! Jam 10!
"Semuaaa bangun woii."
Mungkin hanya santri yang rajin seperti Manaf dan Martono yang sudah bangun. Manaf sudah ikut membantu penyembelihan hewan. Sedangkan Martono sibuk dengan mengoperasikan becaknya.
Itulah salah satu momen di antara beberapa kelakuan santri senior. Meninggalkan sholat ied bahkan shalat subuh karena kesiangan demi menjalankan tugas begadang menjadi terampuni.
Dan tombol on pada radio pun ditekan. Terdengarlah suara ceriwis penyiar yang akan memutarkan lagu yang direquest oleh para pendengarnya yang kesiangan di hari idul adha.

0 Response to "Ketiduran"
Post a Comment