Sepuluh di Bulan Qomariyyah
Mata mereka mulai terpejam sambil mulutnya terlihat terus
berkomat-kamit mengikuti wirid yang dipimpin oleh kiai Karimun. Entah karena
saking khusuk dan nikmatnya mereka melantunkan sholawat serta do’a-doa, atau barangkali
karena mereka sudah termakan kantuk yang teramat dahsyat dan mulai menyerang dari
menit pertama sang imam memimpin bacaan wirid. Tapi yang pasti, sesekali dalam
berwirid mereka menghembuskan napas dari mulut dengan kepalan tangan berusaha
menutupinya.
Setelah lebih dari lima belas menit, pak Ali mengambil alih
kepemimpinan jamaah dengan menguasai mic komando. Maka segera dengan sigap
seluruh anggota jamaah mengambil kitab kecil dari saku mereka yang berjudulkan “JAWAHIRUL
MA’ANI” . sementara orang-orang tua yang penglihatannya agak kurang jelas,
memasang kacamata lawas pada wajah mereka. Tampak bacaan Manaqib Syekh Abdul
Qodir pun terdengar serentak secara cepat menggema memenuhi seisi ruangan depan
di rumah bapak Khafid.
Pembacaan manaqib ini rutin diadakan oleh warga desa
Karangtengah Jatirogo Tuban setiap sebulan sekali. Tepatnya setiap tanggal
sepuluh pada bulan-bulan qomariyah. Ada lebih dari empat puluh orang yang
menjadi anggota jamiyyah manaqib. Di antara jama’ahnya ada juga yang berasal
dari luar desa seperti Sadang, Karanganyar, Kowang maupun Kentong. Dengan cara
bergiliran, setiap anggota jamaah mendapatkan bagian untuk menjadi shohibul
bait atau bartindak sebagai tuan rumah.
Dua ayam panggang besar terlihat membujur di tengah-tengah
kerumunan pembaca manaqib. Sudah menjadi tradisi setiap ada pembacaan manaqib “JAWAHIRUL
MA’ANI” menyuguhkan menu utama ayam
panggang. Dan ini tak bisa tergantikan dengan daging lainnya seperti daging
sapi, kambing maupun onta apalagi telur ayam. Ada sisi historis yang menjadi
keyakinan bahwa manaqiban tanpa ayam panggang bagai mobil tanpa mesin.
Untuk membantu meringankan beban shohibul bait dalam
menyiapkan akomodasi, maka seluruh anggota dalam setiap keberangkatan membawa
uang partisipasi sebasar sepuluh ribu rupiah. Semua uang yang terkumpul nantinya
diberikan kepada penerima giliran Manaqiban dengan dipotong sekian untuk
dimasukkan ke dalam kas Jam’iyyah.
Adapun isi dari kitab manakib ini adalah kisah perjalanan
hidup Syekh Abdul Qodir Aljaelani dengan segala keistimewaan beliau. Orang-orang
yang membaca kisah beliau ini dengan maksud berwasilah meminta kepada Allah swt
agar semua hajat yang diharapkan oleh pembaca dapat terkabulkan. Sedangkan kitab
yang dipakai adalah kitab “Jawahirul Ma’ani” yang dikarang oleh Syaikh Ahmad
Jauhary Umar bin Ishaq Umar dari Pasuruan. Setiap malam jum’at legi di bulan
Robiul Akhir diadakan Haul di Pasuruan yang dihadiri oleh murid-murid beliau dan
semua anggota manaqib “Jawahirul Ma’ani” dari seluruh penjuru Nusantara.
Syaikh Ahmad
Jauhary Umar bin Ishaq Umar


Manteb...
ReplyDelete